Selamat Datang

Selamat Datang di Situs BP4K Kabupaten Karanganyar

Senin, 17 September 2012

BUDIDAYA CABE MERAH


JENIS VARIETAS CABAI MERAH
  • Cabai merah (Capscium annuum L, var. longum L. Sendt), ada dua jenis yang dijual dipasaran yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Beberapa varietasnya adalah Hot Beauty, Long Chili dan Tit Super.
  • Cabai bulat (Capscium annuum  L. var Brevita Finger Ruth), varietas cabai bulat antara lain paprika dan cabai manis Canape New.
  • Cabai merah rawit (Capscium frutescens L.) disebut juga dengan cabai jemprit

SYARAT TUMBUH
  • Cabai merah dapat ditanam diberbagai jenis tanah, asalkan drainase dan aerasi tanah cukup baik. Sebaiknya ditanam ditanah lempung berpasir untuk  mendapatkan panen lebih cepat, dan ditanam di tanah yang lebih berat atau liat untuk memperlambat panen. Tanah yang ideal adalah gembur, remah, mengandung cukup banyak bahan organic (minimum 1,5 %), cukup hara dan air, bebas gulma, bukan lahan bekas tanam-tanaman terung-terungan.
  • Keasaman tanah (pH) 6,0 – 6,5, dengan suhu tanah 24 – 30 o C dan kelembabannya lapang (lembab tetapi tidak terlalu basah).
  • Cocok ditanam didataran rendah sampai 1400 m dpl.
  • Curah hujan yang cocok adalah 600 – 1250 mm dan tersebar merata sepanjang masa pertumbuhannya.
  • Iklim yang dibutuhkan adalah iklim kering dengan lama penyinaran 12 jam per hari.

PERSIAPAN LAHAN
Lahan yang cocok ditanami cabai pada musim penghujan adalah lahan kering dengan jenis tanah meditetran dan alluvial tipe iklim D3/E3 yaitu, 0 – 5 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering. Lahan dengan jenis tersebut sangat kayua unsure hara Ca, Mg dan K. Sebelum dipakai, lahan yang telah dipersiapkan harus diberi beberapa perlakuan khusus seperti pembersihan gulma, pembajakan, pencangkulan dan pembuatan bedengan. Pembersihan gulma bertujuan meminimalkan terjadinya persaingan dalam mengambil unsure hara dari dalam tanah antara cabai merah yang ditanam dan tanaman pengganggu. Pembajakan atau pencangkulan bertujuan mencampur lapisan tanah atas dan tanah bawah agar penyebaran unsure hara menjadi seimbang, selain itu untuk memperbaiki struktur tanah. Pembuatan bedengan bertujuan melancarkan pembuangan air hujan, memudahkan peresapan air siraman ke dalam tanah, dan memudahkan pemeliharaan tanaman. Untuk musim kemarau bedengan dibuat setinggi 30 – 40 cm, sementara pada musim hujan 40 – 60 cm. Dua metode yang digunakan dalam pembuatan bedengan adalah  :
  • Dilahan kering, bedengan dibuat selebar 1 – 1,2 m dengan jarak antar bedengan 30 cm, Setelah itu dibuat garitan-garitan atau lubang tanam dengan jarak tanam 50 – 60 cm x 40 – 50 cm.
  • Dilahan basah bedengan dibuat selebar 1,5 m dengan jarak antar bedengan 50 cm, setelah itu dibuat lubang tanam dengan jarak 50 x 40 cm.
pH tanah mempengaruhi ketersediaan ansur hara. pH tanah yang ideal adalah 6,0 – 6,5. Jika pH lahan terlalu rendah pengapuran harus dilakukan dan jika pH tanah terlalu tinggi bias diberikan belerang. Dosis pengapuran/belerang tergantung pada tingkat keasaman tanah. Sebagai patokan pH sebesar 5 dibutuhkan 2 – 4 ton kapur. Pengapuran atau pemberian belerang dilakukan bersamaan dengan pembuatan bedengan atau 3 – 4 minggu sebelum bibit ditanam. Caranya, taburkan kapur atau belerang secara  merata kepermukaan bedengan, setelah itu bedengan kaembali dibajak atau dicangkul agar tercampur merata dan dibiarkan selama 2 minggu. Untuk meningkatkan kandungan unsure hara maka dibedengan juga harus diberi pupuk dasar. Kebutuhan pupuk dasar disesuaikan dengan jenis dan ketinggian tanah lahan serta pola tanam yang akan digunakan.
  • Untuk lahan kering didataran sedang dan tinggi dengan jenis tanah andosol / latosol pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang sebanyak 15 – 30 ton dan pupuk SP-36 sebanyak 300 – 400 kg/ha. Atau  bias juga menggunakan pupuk NPK 16 – 16 – 16 sebanyak 700 – 1000 kg/ha.Pemberian pupuk dilakukan satu minggu sebelum penanaman bibit yang disebar dibedengan atau dimasukkan kedalam lubang tanam.
  • Untuk l;ahan sawah didataran rendah dengan jenis tanah aluvial, pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang/kompos 5 – 15 ton/ha dan pupuk SP-36 sebanyak 300 – 400 kg/ha. Dengan cara aplikasi yang sama.
  • Untuk pola cabai merah secara tumpang gilir dengan bawang merah pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang sebanyak 10 – 15 ton/ha dan pupuk SP – 36 sebanyak 150 – 200 kg/ha. Dengan cara aplikasi yang sama. Sementara itu pupuk dasr untuk bawang merah terdiri dari pupuk kandang sebanyak 10 – 20 ton/ha dan pupuk SP-36 sebanyak 200 – 250 kg/ha. Diberikan 1 minggu sebelum penanaman dengan cara disebarkan ke jalur penanaman bibit bawang merah. Setelah bawang merah dipanen, dilakukan pendangiran dan penggundulan tanaman cabai merah, kemudian diatas bedengan dipasang mulsa jerami sebanyak 10 ton/ha.
  • Untuk pola tanam cabai secara tumpang sari dengan kubis atau tomat, pupuk dasar terdiri dari pupuk kandang sebanyak 30 – 40 ton/ha dan pupuk NPK 16 – 16 – 16 sebanyak 700 – 1000 kg/ha. Diberikan 1 minggu sebelum penanaman cabai. Kemudian dipasang mulsa plastic hitam perak. Kubis atau tomat ditanam diantara tanaman cabai satu bulan sesudah cabai di tanam.

PEMASANGAN MULSA
Penggunaan mulsa plastic hitam perak pada musim hujan sangat dianjurkan karena dapat meningkatkan suhu dan kelembaban lahan dan lingkungan sekitar tanman, memelihara struktur tanah tetap gembur, memelihara kelembaban dan temperature tanah, mengurangi pencucian zat hara, menekan gulma, serta mengurangi erosi tanah. Keadaan tersebut membuat hama pembawa virus berkurang. Disamping itu penggunaan mulsa ini mendorong proses fotosintesis berjalan lebih sempurna sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Setiap hektar lahan membutuhkakn sekitar 150 kg mulsa plastic hitam. Mulsa dipasang dengan warna hitam menhadap ke permukaan tanah dan warna perak menghadap kearah sinar matahari. Setelah terpasang, mulsa dilubangi dengan diameter 10 cm,  kemudian dibuat lubang tanam sedalam 8 – 11 cm. Pada musim kemarau dapat digunakan mulsa jerami. Kebutuhan mulsa jerami sekitar 10 ton/ha, dipasang setebal 5 cm diatas bedengan. Akan tetapi saat inni jarang digunakan karena sulit didapatkan dalam jumlah besar.

PENYEMAIAN BENIH DAN PENANAMAN
Beberapa varietas yang dianjurkan adalah  :
  • Untuk budidaya dataran tinggi  : varietas keriting, Hot Beauty Lembang, Hot Beauty F1, Hero F1, Sultan F1, Taro F1 dan Jago F1.
  • Untuk dataran menengah  : Varietas Prabu F1, Sultan F1, Jago F1 dan Taro F1.
  • Untuk dataran rendah  : Varietas keriting, Tit Super, Jatilaba, Prembun, Tanjung 1 dan Tanjung 2, Taro F1, Lado F1, Gada F1 dan Prabu F2.
Lokasi penyemaian benih cabai merah diusahakan dekat dengan lokasi budidaya, berbentuk bedengan selebar 1 m yang diberi naungan plastic transparan, Bedengan menhadap ke timur agar benih mendapat sinar matahari pagi yang cukup. Media semai terdiri dari campuran tanah halus dan pupuk kandang yang telah matang dengan komposisi 1 : 1. Media semai dicampur dengan curater 3 G dengan dosis 10 gr/m2. Disiapkan 1 minggu sebelum penyemaian benih. Benih direndam didalam air hangat atau larutan Previcur N (1cc) selama 1 jam.  Setelah itu benih ditebarkan secara merata dilokasi persemaian yang telah disiapkan, beri jarak       5 x 5 cm untuk setiap tebaran. Setiap pagi disiram secukupnya. Benih dimedia semai akan berkecambah dalam waktu 7 – 8 hari sejak disemaikan dan akan memunculkan sepasang daun pada hari ke 12 – 14. Saat itu bibit sudah bias disapih yaitu dippindahkan ke media tanam lain untuk meningkatkan daya adaptasi sebelum ditanam dilahan yang sesungguhnya. Media sapih biasanya adalah polybag ukuran 8 x 9 cm yang telah diisi campuran tanah dan pupuk dengan komposisi   1 :1 , selama masa penyapihan, atap persemaian dibuka, volume penyiraman juga dikurangi. Setelah 7 hari penyapihan, bibit siap dipindahkan ke lahan tanam. Sebelum bibit ditanam, bedengan disiram lebih dahulu agar bibit tidak layu setelah penanaman. Bibit dimasukkan kedalam lubang tanam beserta media sapih sampai sebatas leher akar, kemudian tambahkan tanah sampai lubang tanam penuh dan padatkan  agar akar bibit menyatu dengan tanah serta dapat menghisap air dan unsure hara secara maksimal. Waktu menanam yang baik adalah pada pagi hari.

PEMELIHARAAN
Pertumbuhan bibit harus dikontrol 5 – 7 hari setelah penanamn, jika ditemukan ada bibit yang mati segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan 10 – 14 hari swrwlah penanaman. Tanaman cabai memiliki tajuk lebar sehingga kadang kala batangnya tidak mampu menyangga saat tertiup angina atau ketika berbuah. Hal tersebut diatasi dengan pemasangan ajir dengan panjang ajir 100 – 125 cm dan lebar ajir 5 cm. Pemasangan ajir 8 cm dari pangkal batang dan ditancapkan ke tanah sedalam 15 – 20 cm agar posisinya kuat. Setiap ajir dalam satu barisan tanam dihubungkan dan dikat dengan sebuah ajir palang yang dipasang setinggi 70 cm dari permukaan bedeng. Pemasanngan dilakukan saat tanaman masih kecil. Biasanya pengikatan batang pada ajir dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan perkembangan tanaman. Pemberian pupuk susulan adalah hal yang harus dilakukan untuk mengganti unsur yang hilang, adapun kebutuhan pupuk susulan tergantung pada jenis dan ketinggian tanah lahan serta pola tanam yang digunakan.
  • Untuk penanaman dilahan kering didataran sedang dan tinggi, dengan jenis tanah andosol atau latosol, pupuk susulan terdiri dari pupuk urea sebanyak 200 – 300 kg/ha, ZA sebanyak 400 – 500 kg/ha dan pupuk KCl sebanyak 250 – 300 kg/ha, diberikan tiga kali saat berumur 3, 6 dan 9 minggu setelah penanaman dengan dosis 1/3. Aplikasi dengan cara disebar disekitar lubang tanaman. Selain itu bias juga digunakan pupuk NPK 16 – 16 – 16 sebanyak 300 – 500 kg/ha dengan dilarutkan dalam air 2 g/l. Pemberian pupuk dilakukan dengan disiram kelubang tanam dengan dosis 100 – 200 ml/tanaman, diberikan setiap 10 – 14 hari, sebulan sesudah penanaman bibit.
  • Untuk penanaman dilahan sawah didataran rendah, dengan jenis tanah alluvial, pupuk susulan terdiri dari pupuk urea sebanyak 150 – 200 ton/ha, pupuk ZA sebanyak 400 – 500 kg/ha dan pupuk KCL sebanyak 150 – 200 kg/ha atau dengan pupuk NPK 19 – 16 -16 sebanyak 1000 kg/ha, diberikan tiga kali saat tanaman berumur 0, 1,2 bulan setelah penanaman bibit dengan dosisi masing-masing 1/3.
  • Untuk pola cabai secara tumpang gilir dengan bawang merah, pupuk susulan untuk cabai terdiri dari pupuk urea sebanyak 100 – 150 kg/ha, pupuk ZA sebanyak 300 – 450 kg/ha, dan pupuk ZK sebanyak 100 – 150 kg/ha, diberikan tiga kali saat tanaman berumur 4, 7 dan 10 minggu setelah penanaman bibit dengan dosis masing-masing 1/3.
  • Untuk pola tanam cabai secara tumpangsari dengan kubis atau tomat, pupuk susulan terdiri dari pupuk NPK 16 – 16 – 16 sebanyak 300 – 500 kg/ha. Pupuk NPK dilarutkan dalam air 2 g/l. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disiramkan pada lubang tanam dengan dosis 100 ml/tanaman, diberikan setiap 10 – 14 hari, satu bulan sesudah penanaman bibit kubis atau tomat.
  • Pemberian pupuk pelengkap cair (PPC) melalui daun diberikan saat tanamamn berumur 4 dan 7 minggu setelah bibit ditanam. Tujuannya untuk melengkapi unsur hara yang tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Pupuk daun yang bias digunakan antara lain Massiko dengan dosis 1.0 ppm atau Gandasil dengan dosis sesuai anjuran di kemasan.
  • Untuk mengatasi masalah factor lingkungan yang kurang baik terhadap proses pembungaan dan pembuahan maka salah satu caranya adalah pemberian zat oengatur tumbuh (ZPT)  Dengan pemberian ZPT diharapkan akan mempercepat munculnya bunga dan buah.  ZPT yang biasa digunakan adalah ZPT Atonik 6,5 diberikan pada saat tanaman berumur 30, 50 dan 72 HST, ZPT Dharmasri 5 EC yang diberikan saat tanaman berumur 21, 42 dan 62 HST, ZPT Nevirol 20 WP diberikan pada saat 50 dan 70 HST.
  • Cabai merah membutuhkan pengairan yang cukup pada masa pertumbuhan sampai saat panen pertama, tetapi tidak tahap terhadap genangan air. Frekwensi pengairan tergantung jenis tanah lahan. Kekurangan air pada masa pertumbuhan mengakkibatkan tanaman menjadi kerdil, jika terjadi pada masa pembungaan, bunga muda akan rontok dan jika terjadi pada masa pembentukan buah bentuknya akan berkerut tidak normal. Umumnya petani melakukan pengairan dengan system leb.
  • Selama masa pertumbuhan, tunas-tunas baru yang dalam perkembangannya ikut menyerap hara dari tanah. Oleh karena itu sejak umur 8 – 20 HST perlu dilakukan perompelan tunas yang keluar dari ketiak daun dibawah cabang utama, tunas yang tumbuh diatas percabangan tidak dirompel. Bunga yang muncul pertama kali sebaiknya dibuang, bunga yang muncul berikutnya jangan dibuang.
  • Pengendalian gulma perlu dilakukan, biasanya masa puncak munculnya gulma terjadi saat tanaman berumur 30 – 60 HST.

PANEN
Pemanenan dilakukan dengan memilih buah yang telah memiliki cirri-ciri buah berwarna merah tua, kekerasan buah sedang, panjang buah sudah maksimal, diameter sedang (sekitar 0,5 cm) dan permukaan buah halus mengkilap. Panen dilakukan secara bertahap. Cabai merah yang ditanam didataran rendah dipanen pertama kali saat tanaman berumur 70 – 75 HST dengan lama panen 1,5 – 2 bulan. Selama itu, pemetikan dilakukan sebanyak 21 kali petik dengan interval 2 – 3 hari sekali. Sementara untuk tanaman cabai yang ditanam didataran tinggi pertama kali dipanen saat tanaman berumur 120 – 150 HST dengan lama panen 2 – 3 bulan, 21 kali petik dengan interval pemanenan 5 – 7 hari sekali. Pada tanaman yang sehat dan tumbuh, total produksi panen bias mencapai 30 ton/ha. Saat pemetikan dilakukan juga pemusnahan buah cabai yang terserang penyakit agar tidak menulari cabai lain yang belum dipanen. Kerusakan pasca panen  :
·         Kerusakan oleh hama dan penyakit, biasanya akibat hama lalat buah atau bakteri yang menyerang saat masa penanaman.
·         Kerusakan fisik yang disebabkan oleh tingginya kelembaban nisbi (lebih dari 90 %) dan suhu tropis yang menyebabkan cabai segar menjadi lunak, bengkak dan busuk.
·         Kerusakan fisiologis terjadi akibat proses kehidupan yang berlangsung pada buah cabai setelah panen.
·         Kerusakan mekanis yang banyak terjadi selama pengemasan atau pengangkutan.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
B.     Pengendalian Hama
·         Ulat tanah (Agrotis sp)
Hama ini menyerang batang cabai yang masih muda. Pencegahan ulat tanah bias dilakukan dengan mengambilnya secara manual dan memusnahkannya. Pengendalian dilakukkan dengan mengaplikasikan insektisida Diptrex 95 SP atau Drusban 0,2 % dengan dosis anjuran.
·         Ulat buah (Dacus sp)
Hama ini menyerang buah. Buah yang terserang akan membusuk dan rontok. Agar tidak menular, buah yang telah terserang harus dibuang dan dimusnahkan. Pengendalian hama ini dengan insektisida Agrymicin, Buldok 25 EC, Cucacron 500 EC dengan dosis sesuai anjuran.
·         Ulat grayak (Spodoptera sp)
Hama ini menyerang daun dan buah cabai. Gejala yang ditimbulkan adalah rusaknya daun dan buah cabai akibat gigitan ulat ini. Pencegahannya bias diaplikasikan insektisida seperti Atabron 50 EC, Curracon 500 EC, Dharmafur 3 G, Fenval 200 EC dengan dosis sesuai anjuran.
·         Trips
Hama trips menyebabkan pucuk dan daun muda mengeriting, berubah warna menjadi keperakan sebelum akhirnya mengering dan rontok. Hama ini memiliki ukuran yang sangat kecil ( 1 – 1,5 mm), pengendalian dilakukan dengan aplikasi insektisida seperti Padan 50 SP, Dicarzol 25 SP, Decis 2,5 EC, Fenthrin 50 EC dengan dosis sesuai anjuran.
·         Belalang
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan batang. Pencegahan bias dilakukan dengan mengambil dan memusnahkan secara manual atau dengnan memasang perangkap disekitar tanaman. Pengendalian dilakukan dengan insektisida Orthene, Diazinon, Malathion dengan dosis sesuai anjuran.
·         Lalat buah (Bactrocera dorsalis)
Merupakan musuh utama dalam budidaya cabai. Lalat buah menyerang dengan menyuntikkan telurnya kedalam buah cabai, telur tersebut berkembang dan menjadi larva didalam buah yang menggerogoti dari dalam yang menyebabkan buah  busuk dan rontok. Pencegahan dilakukan dengan memasang perangkap berbahan aktif methyl eugenol. Pengendalian dilakukan dengan mengaplikasikan insektisida seperti Buldok 25 EC, Curracon 500 EC, Decis 2,5 EC dengan dosis sesuai anjuran.
B.     Pengendalian Penyakit
·         Bercak daun
Disebabkan jamur Cercospora sp yang menyerang daun, batang dan tangkai buah. Gejala serangannya muncul bercak-bercak kecil berbentuk bulat dengan diameter 0,5 cm. Penyakit ini biasanya menyebabkan daun, buah serta tangkainya layu dan rontok. Pengendalian dengan aplikasi fungisida Anvil 50 SC, Alto 100 SL, Baycor 25 WP, Daconil 75 WP, Antracol 70 WP dengan dosis sesuai anjuran.
·         Layu fusarium
Disebabkan jamur Fusarium oxisporum, menyerang daun cabai. Gejalanya yang ditimbulkan adalah layunya bagian bawah daun dan menyebar keseluruh bagian daun. Banyak menyerang tanaman cabai yang ditanam didataran tinggi yang terlalu lembab. Pengendalian dilakukan dengan mengaplikasikan fungisida Saco P atau Benlate dengan dosis sesuai anjuran.
·         Patek atau antraknosa
Disebabkan oleh jamur. Gejalanya timbul cendawan berwarna merah muda atau hitam bundar pada buah muda dan buah yang sudah hamper matang yang menyebabkan buah menjadi busuk, kering dan akhirnya rontok. Pencegahan dilakukan dengan mengatur jarak tanam dan menjaga sanitasi lahan. Buah yang terserang harus dimusnahkan agar tidak menular. Pengendalian dilakukan dengan aplikasi Ridomil MZ, Previcur-N, Provit, Daconil, Antracol dengan dosis sesuai anjuran.
·         Busuk daun
Disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans, gejala yang ditimbulkan adalah munculnya bercak hitam seperti cacar pada daun dan buah. Penyakit ini menyebabkan buah dan daun yang terserang menjadi kering dank eras yang akhirnya membusuk. Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan meninggikan bedengan dan menjaga sanitasi. Pengendalian dilakukan dengan aplikasi fungisida seperti Previcur-N, Cucapit, Dipolatan AF, Dithane M-45 dengan dosis sesuai anjuran.
·         Layu bakteri
Disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum dengan gejala layunya daun seperti kepanasan, lama kelamaan batang dan cabang tertular dan tanaman akan mati.Pencegahan penyakit ini adalah dengan pemusnahan tanaman yang terserang, rotasi tanaman dilahan. Pengendalian dilakukan dengan aplikasi bakterisida seperti Agrept 20 WP atau Agrimycin 15/1,5 WP dengan dosis sesuai anjuran.
·         Rebah kecambah
Menyerang sejak masa persemaian, gejala adalah pangkal batang berubah menjadi coklat kemudian membusuk.Disebabkan oleh jamur Rhizoctonia sp dan Phytium sp. Pencegahan timbulnya penyakit ini dilakukan dengan merendam akar benih yang akan ditanam menggunakan larutan propamokarbihidroklorida. Pengendalian dilakukan dengan fungisida Vitigran Blue, Previcur N, Vendozeb 80 WP, Antracol 70 WP dengan dosis sesuai anjuran.
·         Penyakit akibat virus
Virus yang menyerang biasanya dibawa hama inang, seperti kutu daun, trips dan tungau. Gejala serangan virus antara lain timbul bercak-bercak berbentuk lingkaran yang semakin lama semakin banyak didaun atau buah, daun mengeriting, tanaman terlihat kurus dan merana, akhirnya mati. Penyakit ini belum bias ditanggulangi.

ANALISA USAHA
Asumsi yang digunakan  :
·         Analisis usaha dihitung setiap 6 bulan.
·         Lahan yang digunakan merupakan lahan sewa selama 6 bulan dengan luas 1 ha.
·         Tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja harian, bekerja delapan jam sehari dari pengelolaan tanah sampai pasca panen.
·         Harga jual cabai merah pada musim hujan Rp. 8000/kg.
·         Tingjat produksi 60 %.
·         Total populasi 19000 pohon.

A.
BIAYA PRODUKSI

a.
PRASARANA BUDI DAYA

1
Sewa lahan untuk satu musim tanam
Rp. 3000.000
2
Pembuatan saung jaga


Bambu 16 btg @ Rp. 3000
Rp. 48.000

Gedek 6 lbr @ Rp. 25.000
Rp. 150.000

Paku 3 kg @ Rp. 5000
Rp. 15.000

Genteng 600 bh @ Rp. 400
Rp. 240.000

Tenaga kerja 10 HOK @ Rp. 15.000
Rp. 150.000
3
Peralatan


Tali raffia 20 rol @ Rp. 8000
Rp. 160.000

Tangki semprot 2 bh @ 150.000
Rp. 300.000

Cangkul 6 bh @ Rp. 15.000
Rp. 90.000

Gunting pangkas 3 bh @ Rp. 50.000
Rp. 150.000
4
Polybag 10 kg @ Rp. 15.000
Rp. 150.000
5
Mulsa plastic hitam perak 10 rol @ Rp. 210.000
Rp. 2.100.000
6
Ajir 20.000 btg @ Rp. 100
Rp. 2.000.000
7
Ajir palang 40 btg @ Rp. 6000
Rp. 240.000
8
Tenaga Kerja


Pengolahan tanah 180 jam @  Rp. 15.000
Rp. 2.700.000

Persemaian/panen 847 jam @  Rp. 15.000
Rp. 12.705.000
b.
SARANA PRODUKSI

1
Benih cabai hibrida 20 pak @ Rp. 80.000
Rp.1.600.000
2
Pupuk


Pupuk kandang 5 truk @ Rp. 200.000
Rp. 1.000.000

Kapur dolomite 1000 kg @ Rp. 200
Rp. 200.000

Urea 350 kg @ Rp. 1500
Rp. 525.000

ZA 650 kg @ Rp. 1500
Rp. 975.000

TSP 350 kg @ Rp. 2000
Rp. 700.000

KCl 325 kg @ Rp. 1800
Rp. 580.000

NPK 150 kg @ Rp. 2500
Rp. 375.000

Pupuk daun 2,5 l @ Rp 30.000
Rp. 75.000

Atonik 1 l @ Rp. 75000
Rp. 75.000
3
Obat-obatan


Larvin 375 As 3 l @ Rp. 100.000
Rp.300.000

Agrimycin 6 botol Rp. 20.000
Rp. 120.000

Dithane M-45 3 kg @ Rp. 15.000
Rp. 45.000

Perekat 2 l @ Rp. 25.000
Rp. 50.000

Furadan 3 G 30 kg @ Rp. 6000
Rp. 180.000

Total Biaya
Rp. 30.998.000

Biaya tak terduga 10 %
Rp. 3.099.800

Bunga modal 1,7 % per bulan x 6 bulan
Rp. 3.161.796

Total biaya (pembulatan)
Rp. 37.259.600

B.     PENDAPATAN
Total Produksi 19.000 x 60 % x 1,5 kg = 17.100 kg
Harga jual Rp. 8000/kg
Total pendapatan 17.100 x Rp. 8000 = Rp. 136.800.000

2 komentar:

  1. lahan kering di karanganyar tepatnya di daerah mana ya admin ?? selain gondangrejo, jumantono....

    BalasHapus
  2. kalo cabe prabu kayaknya lagi susah barang. di jualbenihsayuran.com juga lagi kosong.. sudah pernah coba di bursabibit?

    BalasHapus