Selamat Datang

Selamat Datang di Situs BP4K Kabupaten Karanganyar

Rabu, 03 Oktober 2012

Menanam Padi Hemat BAT dengan SRI


HEMAT B A T ( Benih , Air , Tenaga ) dengan tehnologi S R I  (system of rice Intensification)

I.      PENDAHULUAN
Salah satu kendala untuk mencapai kemandirian pangan ada pada kemampuan petani dalam memaksimalkan hasil produksi. Pendidikan yang rendah, luas lahan yang sempit (0,23 Ha perkapita), serta budaya subsistem yang merupakan gambaran petani Indonesia pada umumnya. Kondisi ini melahirkan rendahnya daya adopsi petani yang pada gilirannya melahirkan produk dengan kualitas rendah dan tidak mampu bersaing pada level global. Pada sektor pertanian padi sawah misalnya, dengan penerapan metode bercocok tanam secara tradisional produktivitas petani Indonesia masih rendah,. Dengan demikian dibutuhkan upaya lahirnya trobosan yang dapat mengubah prilaku dan sikap dasar petani di Indonesia dai pola subsistem ke arah yang lebih berorientasi pada keuntungan (benefit oriented).
Sistem intensifikasi padi atau dikenal dengan system of rice Intensification (SRI) merupakan alternatife yang menjanjikan terciptanya perubahan mendasar dalam budidaya pertanian padi di Indonesia. Melalui metode ini, petani diajak untuk memiliki pandangan bahwa dengan inovasi yang sederhana dan biaya ekonomi yang tidak terlalu mahal bercocok tanam padi mampu memberikan hasil optimal bahkan jauh lebih baik dari cara bercocok tanam lama. Metode SRI juga membuktikan bahwa produktivitas lahan sawah mencapai kenaikan antara 16% hingga 30% dibandigkan dengan tehnik bertani konvensional.
Keunggulan lain yang ada pada SRI adalah banyaknya unsur lokal yang dapat dimanfaatkan dalam proses budidaya sehingga secara langsung akan menekan biaya produksi pada tingkat yang lebih rendah. Misalnya, kebutuhan pupuk an-organik dapat sepenuhnya memanfaatkan sumber daya lokal seperti jerami, sampah  rumah tangga, gulma, sisa tanaman kebun, serta sumber unsur nitrogen yang dapat diperoleh dari hama keong, sisa makanan, atau kotoran ternak yang ada disekitar lokasi lahan. Dengan demikin maka petani tidak akan mengalami ketergantungan terhadap produk/bahan pabrikan yang cendrung mahal dan merusak ekosistem tanah.
Guna mendukung program kemandirian pangan komoditas padi sawah serta dalam rangka merangsang percepatan peningkatan kesejahteraan petani maka budidaya berbasis SRI menjadi alternatife paling tepat.

TEKNIK  BUDIDAYA  SRI
SRI (system of Rice Intensification) adalah cara budidaya tanaman padi yang intensif dan efesien dengan proses menejemen system perakaran yang berbasisp pada pengelolaan yang seimbang terhadap tanah, tanaman dan air. Dalam prakteknya metode SRI yang dilakukan di Jawa Barat umumnya adalah hasil perpaduan gagasan PHT dengan gagasan SRI dan beberapa pengalaman hasil studi sebelumnya. Dengan perpaduan tersebut maka dihasilkan usaha tani padi yang ramah lingkuangan baik dalam proses maupun produk yang dihasilkannya. Untuk menerapkan usaha tani metode SRI maka harus dipenuhinya 7 (tujuh) prinsip :
1.      Pengelolaan Tanah
-          Tanah diolah dengan kedalaman 25-30 cm, dan pada pengelohan kedua masukan bahan organik (diluar jerami) antara 5-7 to/Ha;
-          Disekelilingi petakan dan atau ditengah petakan dibuat parit sebagai system irigasi;
-          Tanah dibiarkan dalam kondisi lembab/tidak tergenag selama 7-10 hari.
2.      Pengunaan Benih
-          Benih yang sehat dan bernas atau bersertifikat yang telah diseleksi dengan air garam yang pekat;
-          Benih hasil seleksi (benih yang tenggelam) direndam selama 48 jam, lalu dianginkan selama 24 jam.
3.      Persemaian.
-          Dilakukan dengan menggunakan pipiti (besek)/ nampan pelastik yang sudah dialasi daun pisang yang sudah dilemaskan/plastik, lalu masukan campuran tanah dan kompos = 1:1 setebal 4 cm atau setengah dari tingggi besek sebagai media tumbuh;
-          Banyaknya benih yang ditaburkan per ppipiti (15 x 15 cm) adalah sekitar 1 (satu) sendok makan atau untuk 100 bata = 0,7 – 1 Kg atau 4,9 – 7 Kg/Ha, lalu benih tersebut ditutup dengan abu dan jerami;
-          Pada umur 3-5 hari jerami diangkat, karena benih sudah mulai tumbuh;
-          Bibit siap tanam 5-10 hari.
4.      Tanam
-          Bibit yang ditanam adalah bibit muda (7-10 hari), ditanam tunggal ( satu tunas) sedalam 0,5 – 1,0 cm (dangkal) dengan posisi akar tanaman berbentuk huruf L;
-          Jarak tanam 27 x 27 cm, 30 x 30 cm atau 35 x 35 cm.
5.      Pemeliharaan  Tanaman Vase Vegetatif
-          Penyulaman tanaman dilakukan bila ada ganguan belalang;
-          Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur 7-10 hari, dan diulang setiap 10 hari sekali sebanyak  4 kali;
-          Berikan Makro Organisme Lokal (MOL) yang diarahkan kepada tanaman atu tanah pada tanaman umur 7-10 hari, lakukan sehingga 10 hari sekali sehingga 4-6 aplikasi;
-          Kondisi air tetap dalam keadaan basah/tidak tergenang (kecuali pada saat mau menyiang atau rambet.
6.      Pemeliharaan Tanaman Vase Generatif
-          Menjelang umur generative, yaitu pada anakan maksimal (umur 45-50 hari) kondisi air dikeringkan sehingga bagian tanah kering atau bahkan sampai kelihatan retak selama10 Hari;
-          Setelah 10 hari, tanah diberi air kembali, sehingga tanah dalam kondisi lembab dan basah. Pada Vase ini di sarankan untuk kembali pada aplikasi MOL;
-          Kondisi air seminggu sebelum panen (ketika terlihat bulir mulai bernas dan kuning), dikeringkan.
7.      Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman
-          Pengendalian organisme penganggu tanaman dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu dengan lebih mengutamakan pendekatan biologis, serta menghindarkan praktek-praktek pengendalian yang akan merusak dan menganggu keseimbangan agro ekosistem.
Peningkatan penerapan tehnologi dan penyebarannya di tingkat petani melalui pelaksanaan SRI perlu terus diupayakan secara bertahap untuk mendukung terwujudnya pertanian berkelanjutan. System of Rice Intensification (SRI) yang bersesuaian dengan prinsip-prinsip tehnologi tanam padi dapat dilaksanakan selaras dengan kegiatan SRI. Agar sesuai dengan konsep Dasar SRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar